PENDAHULUAN
Salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting adalah pangan dan kesehatan. Setiap orang memerlukan pangan yang mengandung berbagai zat gizi, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Sering kita mendengar semboyan “dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Melalui semboyan tersebut, setiap orang sebagai individu dapat termotivasi untuk terus menjaga kesehatan. Hal tersebut mempunyai arti anak-anak sangat membutuhkan nutrisi untuk perkembangannya. Sedangkan orang dewasa membutuhkan berbagai zat gizi untuk menjaga tubuh tetap sehat.
Selain zat karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen sebagai bagian penting dari jaringan, tubuh membutuhkan pula berbagai zat gizi, diantaranya adalah karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Tubuh adalah organisme kompleks yang tidak pernah berhenti bekerja. Mineral, bersama dengan vitamin, memegang peranan penting dalam kesehatan tubuh manusia, baik anak-anak maupun dewasa. Berbagai aktivitas di dalam sel sel tubuh manusia bergantung dari keberadaan mineral. Mineral memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan untuk mengoptimalkan metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Mineral memang dibutuhkan dalam jumlah yang tidak terlalu besar, namun keberadaannya sangatlah vital. Kekurangan asupan (defisiensi) mineral akan menyebabkan kesehatan terganggu. Apabila salah satu aktivitas tersebut terganggu, maka dapat mengakibatkan gangguan yang beruntun dalam aktivitas-aktivitas sel yang lain.
Nutrien mineral harus dikonsumsi dalam jumlah yang memadahi dan harus sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan. Namun, juga jangan sampai kekurangan nutrien yang nantinya akan membawa pada keadaan malagizi. Mineral mengatur proses-proses dalam tubuh, yang sebagian digunakan untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan. Mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kegiatan enzim.
Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, serta membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan haemoglobin.
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi dua kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari. Yang termasuk dalam mineral makro antara lain natrium dan klorida, kalium, kalsium,psfor, magnesium, dan sulfur. Sedangkan mineral mikro (Trace ) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan. Mineral mikro antara lain besi, seng, selenium dan kromium, iodium, mangan, kobalt, dan fluor.
Besi merupakan salah satu unsur mineral mikro yang penting. Besi sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Tubuh mempunyai mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan besi dengan sangat baik. Zat besi di lingkungan kita sebenarnya cukup tersedia dan kebutuhan terhadap besi pun sebenarnya juga relatif rendah. Meskipun demikian, defisiensi besi merupakan salah satu masalah kekurangan gizi yang umum dijumpai dalam masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Besi terdapat dalam semua sel tubuh dan memegang peranan penting pada beragam reaksi niokimia. Besi terdapat dalam enzim – enzim yang bertanggung jawab untuk pengangkutan elektron, untuk pengaktifan oksigen, dan untuk mengangkut oksigen. Seorang laki – laki dengan berat badan 70kg mempunyai 2500 mg besi dalam sirkulasi hemoglobin dan 150 mg dalam mioglobin.1
Zat besi merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia. besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paru–paru. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel–sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan mioglobin, yaitu molekul yang mirip Hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot. Mioglobin akan berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot.
Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah menyebabkan daging dan otot–otot menjadi berwarna merah. Di samping sebagai komponen Hemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi, yaitu : sitokrom paksidase, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase, katalase dan peroksidase.
A. Zat Besi
1. Zat besi dalam tubuh
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan yang reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk Hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan jumlah yang sangat kecil tetapi vitl adalah hem enzim dan non hem enzim.3
Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan kan eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak,misalnya pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah. 3
Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal. Dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan (allowance) dan kebutuhan gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan kecukupan rata – rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan masing – masing individu untuk hidup sehat.3
Dalam kecukupan sudah dihitung faktor variasi kebutuhan antar individu, sehingga kecukupan kecuali energi, setingkat dengan kebutuhan ditambah dua kali simpangan baku. Dengan demikian kecukupan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi (Muhilal et al, 1993). Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal.
Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa apabila dihitung berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang berumur dibawah 1 tahun, dan anak berumur 6 – 16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki – laki dewasa. Tetapi berat badannya dan kebutuhan energi lebih rendah daripada laki – laki dewasa. Untuk dapat memenuhi jumlah zat besi yang dibutuhkan ini, maka bayi dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per 1000 kcal yang dikonsumsi.3
Tubuh mempunyai tiga mekanisme yang unik untuk mempertahankan keseimbangan besi dan mencegah berkembangnya defisiensi besi :
· Pemanfaatan kembali besi yang kontinyu dari katabolisme sel – sel dalam tubuh
· Adanya feritin sebagai suatu protein khusus untuk menyimpan besi memungkinkan penyimpanan besi dalam tubuh guna memenuhi kebutuhan besi yang berlebih dalm periode akhir kehamilan
· Pengaturan absorpsi besi dipengaruhi oleh kebutuhan yang aktual dengan suatu peningkatan absorpsi pada kondisi defisiensi dan penurunan absorpsi pada kondisi kelebihan besi.1
2. Sumber zat besi yang terdapat pada makanan
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme dan besi non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam makanannya. Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang – kacangan, kentang dan sebagian dalam makanan hewani. Sedangkan besi hem hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ – organ lain.2
Sumber besi yang terbaik adalah hati dan ginjal. Sedangkan daging yang lain, walaupun tidak mengandung cukup besi masih dianggap sebagai sumber yang baik. Kuning telur juga mempunyai kandungan besi yang tinggi, tetapi putih telur mempunyai kandungan besi yang sedikit.3
Tabel 1. Kandungan besi pada beberapa bahan makanan
Bahan makanan | Mg besi per 100 g |
Coklat bubuk Hati Ginjal Bayam Roti tawar asal tepung gandum pecah kulit Telur Daging sapi Kapri Roti tawar Biji-bijian kering Kubis Kentang Susu | 10,5 7,0 5,7 4,0 3,0 2,5 2,1 1,9 1,8 1,4 0,6 0,5 0,1 |
3. Fungsi besi
Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4 g. Sebagian besar dari ini terdapat dalam Hb, pigmen merah yang terdapat dalam transport oksigen dari paru-paru ke seluruh sel – sel jaringan tubuh. Sejumlah kecil besi terdapat dalam seluruh seltubuh dalam berbagai sistem enzim. Beberapa besi juga disimpan di dalam tubuh, dalam sungsum tulang, hati dan limpa, sebagai senyawa kompleks dengan protein yang dikenal sebagai feritin.3
Besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang terlibat didalam reaksi oksidasi reduksi. Metabolisme energi, didalam tiap sel ,besi bekerja sama dengan rantai protein –pengangkut- electron, yang berperan dalam langkah –langkah akhir metabolism energy.Sebanyak lebih dari 80 % besi yang ada dalam tubuh berada dalam hemoglobin.3
4. Kebutuhan besi
Kehilangan fisiologis basal besi dari tubuh melalui kullit dan alat dan alat pencernaan makanan dihitung sebesar 14µg perkilogram berat badan perhari, atau sekitar 1 mg untuk pria dewasa seberat 70 kg dan 0,8 mg untuk wanita seberat 55 kg. Kehilangan ini diukur menngunakan radioisotop55 Fe secara intravena. Setelah dibiarkan selama kira – kira 1 tahun agar radioisotop bercampur dengan besi dalam darah simpanan dan jaringan, ekskresi besi harian diperoleh dari penurunan aktivitas spesifik besi Hb selama beberapa tahun. Kesahihan metode ini berdasarkan pada campuran sempurna besi radioisotop degan besi dalam tubuh.1
Dalam suatu kelompok besar wanita yang dipilih secara acak dari suatu populasi umum, kehilangan darah melalui menstruasi menunjukkan rata – rata kehilangan besi perhari 0,6 mg. Pada 25% wanita tersebut kehilangan mencapai 0,9 mg perhari dan pada 10% wanita, kehilangan besi lebih dari 1,4 mg per hari. Jadi, kebutuhan besi total dalam 10& wanita menstruasi mencapai 2,2 mg per hari.1
Dalam masa hamil, besi diperlukan untuk menutupi kehilangan basal si ibu (240 mg), peningkatan massa sel – sel darah merah ( sekitar 500 mg besi) dan kebutuhan janin serta plasenta (sekitar 300 mg). Dengan demikian kebutuhan total selama hamil dapat diperkirakan sekitar 1000 mg.1
Bayi cukup bulan yang baru lahir mempunyai cukup besi simpanan untuk memenuhi kebutuhan besi selaqma 4 – 6 bulan pertama. Setelah itu, kebutuhan besi untuk pertumbuhan harus dipenuhi seluruhnya dari makanan. Bayi yang berumur 6 bulan mengabsorpsi kira – kira 0,5 – 0,8 mg besi per hari, dan hal ini sangat erat kaitanya dengan konsumsi energi.1
5. Metabolisme zat besi
Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di dalam badan perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh badan dari makanan. Suatu skema proses metabolisme zat besi untuk mempertahankan keseimbangan zat besi di dalam badan, dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Gambar 1. Metabolisme zat besi
Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari penghancuran sel – sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel – sel darah merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel – sel darah merah tua yang dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal losses). 3
6. Absorbsi zat besi
Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
- Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
- Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus.
- Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat meningkatkan bsorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 – 50 persen.
- Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap.
- Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe
- Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe
- Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe.
- Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe
Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui proses yang kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut :
- Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau Fe2+ mula – mula mengalami proses pencernaan.
- Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+ .
- Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi FE3+. Fe3+ selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Fe2+ ke dalam plasma darah.
- Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan transferitin Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam keseimbangan.
- Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin membentuk ferritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.
Pada bayi absorbsi zat besi dari ASI meningkat dengan bertambah tuanya umur bayi perubahan ini terjadi lebih cepat pada bayi yang lahir prematur dari pada bayi yang lahir cukup bulan. Jumlah zat besi akan terus berkurang apabila susu diencerkan dengan air untuk diberikan kepada bayi. Walaupun jumlah zat besi dalam ASI rendah, tetapi absorbsinya paling tinggi.3
7. Defisiensi besi
Gizi merupakan sebab yang paling umum dari defisiensi besi. Di negara – negara industri, penurunan penggunaan energi dalam dekade terakhir menimbulkan penurunan konsumsi pangan, baik energi maupun besi kaarena komposisi makanan yang berubah.1
Beberapa gejala kekurangan zat besi adalah: kesulitan bernafas (nafas terengah-engah), jantung yang berdetak lebih cepat, kelelahan, kesulitan memusatkan perhatian, tidur yang tidak pulas, sakit saat menstruasi, ujung bibir yang pecah-pecah, iritasi mata, dan bahkan kerontokan rambut.
Defisiensi besi menyebabkan anemia. Pada penderita anemia, jumlah sel – sel darah merah berkurang dan karenanya jumlah oksigen yang dibawanya ke jaringan juga menurun. Hal ini mengakibatkan kekurangan energi dan kelesuan. Anemia gizi besi banyak diderita oleh ibu hamil, menyusui, dan perempuan usia subur. Perempuan usia subur mempunyai siklus tubuh yang berbeda dengan lelaki, anak, dan balita sebab mereka harus mengalami haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. Oleh karena itu kebutuhan zat besi (Fe) relatif lebih tinggi. Anak balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah ditengarai sering menderita anemia gizi besi.1
Anemia gizi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi yang berat badannya rendah, risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat m enyebabkan kematian ibu dan bayi jika ibu hamil menderita anemia berat.1
Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing, pucat, dan penglihatan sering berkunang-kunang. Bila terjadi pada anak sekolah, anemia gizi akan mengurangi kemampuan belajar. Sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktivitas kerja. Selain itu, penderita anemia lebih mudah terserang infeksi.1
B. Anemia sebagai penyakit defisiensi besi
1. Pengertian anemia
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak menjadi energi. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat di dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Batasan kadar hemoglobin
Kelompok | Umur | Hemoglobin |
Anak Dewasa | 6 bulan s/d 6 tahun 6 tahun s/d 14 tahun Laki-laki Wanita Wanita hamil | 11 12 13 12 |
2. Epidemiologi Anemia
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah ADB dan terutama mengenai bayi,anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangaan kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekita 30-40%, pada anak sekolah 25-35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 55,5%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
3.Tanda dan gejala anemia pada penderita defisiensi besi
Setiap milliliter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun wanita yang mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun kehilangan darah karena menstruasi berhenti selama hamil, kebutuhan besi harian tetap meningkat, hal ini terjadi oleh karena volume darah ibu selama hamil meningkat, pembentukan plasenta, tali pusat dan fetus, serta mengimbangi darah yang hilang pada waktu melahirkan.
Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi besi yang berat (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/ 100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100 ml)mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut.
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom disertain poikilositosis dan aniositosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas meningkat besi serum meningkat. 4
4. Manifestasi klinik
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
(1) kecepatan timbulnya anemia
(2) umur individu
(3) mekanisme kompensasinya
(4) tingkat aktivitasnya
(5) keadaan penyakit yang mendasari, dan
(6) parahnya anemia tersebut.
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui:
(1) peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2
ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah
(2) meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
(3) mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan
(4) redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (de Gruchy, 1978 ).
5. Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi. 3
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186 :303)
Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12 ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin serum normal tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar feritin. 3
Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95% acuan (Dallman,1990)
6. Patofisiologi anemia defisiensi besi
Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai 5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum; penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.4
7.Pencegahan dan Pengobatan anemia pada penderita defisiensi besi
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu BALITA,anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya pengendalian faktor penyebab dan predisposisi terjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan, memenuhi kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang pemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia (misalnya hati, masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi.
Besi tersedia dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebab harganya mahal dan mempunyai insidens besar terjadi reaksi yang merugikan.
8. Diagnosis
I. Anamnesis
1. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
- Kebutuhan meningkat secara fisiologi
- masa pertumbuhan yang cepat
- menstruasi
· infeksi kronis
2. Pucat, lemah, lesu, gejala pika
II. Pemeriksaan fisis
- anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
- stomatitis angularis, atrofi papil lidah
- ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung
III. Pemeriksaan penunjang
- Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
- Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
- Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
- Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
- sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
Diagnosis Banding
Anemia hipokromik mikrositik :
- Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :
- Hb A2 meningkat
- Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun
- Anemia karena infeksi menahun :
- biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik
- Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun
- Keracunan timah hitam (Pb)
- terdapat gejala lain keracunan P
- Anemia sideroblastik :
- terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang
9. Penatalaksanaan
I.Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
II. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.
III. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)
IV. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya )
Ke sub bagian terkait dengan etiologi dan komplikasi (Gizi, Infeksi, Pulmonologi, Gastro-Hepatologi, Kardiologi )
10. Pemantauan
I.Terapi
- Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
- Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
- Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan gastro-intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
II. Tumbuh Kembang
- Penimbangan berat badan setiap bulan
- Perubahan tingkah laku
- Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan konsultasi ke ahli psikologi
- Aktifitas motorik
KERANGKA TEORI
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasoetion, Andi Hakim dan DarwinKaryadi. 1988. mineral. Jakarta : PT Gramedia
2. Gaman, P.M dan K.B Sherrington. 1992. Ilmu Pangan, Nutrisi Dan Mikrobiologi. Yogyakarta :GADJAK MADA UNIVERSITY PRESS
3. Wahyuni, Arlinda Sari. 2004. anemia Defisiensi Besi pada Balita. FK USU
4. Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jakarta :EGC

d beri readmore gan...
BalasHapusfollow back
yo sippp
BalasHapus